Saturday, July 3, 2010

Jiwa Sahabat

untuk mutiara-mutiara jiwaku

Ketika suatu malam
Setapak juntaian langkah
Diselimuti gelisah,
Engkau datang menepis suram

Engkau datang bersama cahaya
Menangkap aku kala gundah

Lalu kita melanjutkan perjalanan
Mengisi detik hari
Melanjutkan cerita
Cerita tentang indahnya kehidupan

Kita hidup dalam himpitan tapi satu nafas
Satu kata, satu gelora
Bertahan karena tawa

Ah, aku tak tahu bagaimana kalau engkau tak datang…
Malam itu tak akan berganti siang.



Tandengan, 24 Februari 2010

Oh my, I'm back!

Umm, yea, okay.
Hi!
Yep, I know. Gaje banget.
Gue agak bingung mau mengawalinya kayak gimana. Bayangin aja, terakhir gue ngepost itu bulan Januari kalo gak salah. Ahhaha gile, posting terakhir aja ane gak tau kapan saking terlalu lamanya blog ini berhibernasi. Dan hari ini, thank to Onal—sahabat gue yang karbo—yang sudah menjual modemnya dengan harga bersahabat (karena kita sahabatan =p), gue akhirnya bisa juga internetan. Akhirnya gue bisa juga nge-update blog gue.
Bener-bener banyak banget yang terjadi selama 6 bulan ini. Dan seperti biasa, gue anggap itu semua sebagai rangkaian cerita yang mengisi petualangan kehidupan yang seru ini. Pada akhirnya, gue hanya bisa menyebut itu keseruan. Di tengah kehidupan gue yang mendadak statis begini, kisah-kisah itu tetap membuat hari-hari gue dinamis. Gue akui, banyakan downnya. Tapi gue yakin aja lah, di balik ini, setelah ini, Sang Khalik udah nyiapin my better days—kalo kata Sidney Mohede. Ada kemuliaan di balik salib—kalo kata Mixci. HAHA! Siapa lagi nih orang?? XD Ada ceritanya sendiri dia. Nanti gue tulis. =)
Post gue kali ini, seperti biasa dan seperti tulisan-tulisan yang lain, gak ada indah-indahnya. Lurus-lurus, langsung, gak bagus. Tapi ini jujur dan gamblang. Pembuka yang cukup pas untuk sebuah blog pascaterlantar. Hehe.
Readers, thank you sudah meluangkan waktu untuk baca. Spesial terima kasih untuk pembaca setia gue, sahabat gue, Abigail June Patricia Papilaya. Gue link blognya dia di sini.

Cherio! :D
Stay blessed...