Saturday, January 15, 2011

Happy Christmas & Merry New Year!

Hey, tampaknya saya belum mengucapkannya. So, here you go. It's better late than never ;)



GOD bless you all...
GOD bless 2011 !

:D

L O V E ♥

Thursday, January 13, 2011

Lesson of "PERUBAHAN"



Dua minggu ini saya lagi diajar tentang "Perubahan" atau "Berubah" atau "Revolusi" atau apa lah, you name it. *trus...?*

Yak oke, saya rada bingung mau mulai dari mana. Jadi gini awalnya. Saya ketemuan sama Mr. Burger hari Senin 2 minggu lalu. Kostum saya waktu itu emang rada kumel sih. Dari kampus langsung ketemu. Ditambah sebelum masuk Matos saya pake lari-larian gara-gara mikir si mister udah nunggu lama. Beuh bener-bener deh. Lalu saya mendapati mister amat tampan memesona as usual dengan sentuhan pink hijau oleh kaos polonya. Super charming.

Singkat cerita, setelah kita duduk-duduk beberapa lama di food court, mister nyeletuk: "Love, ganti gaya dong. Sekali-sekali pake rok gitu. Ya at least kalo jalan sama aku." Saudara-saudara, saya hanya bisa bengong dan menghela napas amat berat. Ini ketiga kali dia bilang begitu selama 6 bulan jadian. Sehabis makan, dia sambung lagi topik tadi dengan kalimat kedua yang gak kalah menggetirkan: "Itu sepatu (baca: converse hijau butek gue) *sambil tatapannya mengarah ke kaki gue tentunya* ganti juga dong." Saya tersenyum maksa. Dan dengan tatapan lurus ke depan, dia angkat suara mengucap kalimat bambang pamungkas dengan lembut namun mematikan: "Gak Love. Aku cuma takut aku sampe ke titik jenuh (kalo Love gak berubah)." Kata-katanya mengatupkan bibir, amat berat sampai-sampai aku tak bisa berkata apa-apa. Rasanya pahit dari ujung lidah sampai hati. Yap, saya ada di ambang. Ambang apa, kalian artikan sendiri.

Di angkot, saya mikir lagi. Ngomong-ngomong, angkot itu bener-bener tempat bengong yang paling oke deh. Apalagi kalo sepi. Ya oke, kembali ke topik. Saya mikir setiap kata per kata yang mister bilang tadi. Satu kesimpulan pertama yang saya rumuskan sendiri: He doesn't love the real me. He doesn't love me the way I am. Dan oleh karena itu saya amat sedih. Saya nangis pas nyampe kost. Saya bertanya-tanya WHY OH WHY?? Kenapa dia bisa begitu? Terlebih lagi, kenapa dia bisa suka ama gue waktu awalnya? Lalu saya putuskan untuk curhat ke dua sahabat saya. Mereka nenangin saya banget :)
Saya juga ngomong ke Tuhan. Dan belasan jam kemudian baru Ia mulai bukakan sesuatu. Saya disuruh untuk gak mikirin soal Mr. Burger dulu. Maksudnya, this thing is not about him. Janganlah pandang dari sudut negatif. Dia itu dipakai Tuhan untuk ngajarin hal yang luar biasa buat saya. Tuhan lagi ngajar tentang PERUBAHAN.

Sumber foto: chirp.org
Tuhan ngomong melalui buku yang lagi saya baca (Leading from The Locker - Memimpin Sejak Usia Muda by John C. Maxwell). Pas banget saya masuk di bab tentang Perubahan. Wah gila ini. Ngena banget. Di situ dibilang: Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang selalu siap untuk merubah pola pikirnya. Oom Maxwell ngambil contoh si Henry Ford yang pada awalnya cuma pengen bikin mobil yang itu-itu doang (baca: T-model and... black.) Yeah, inget kan, kata-katanya Opa Ford--yang udah saya translate jadi bahasa gaul--"Terserah lo mau warnain apa, as long as it is black." Beliau, entahlah, hanya menebak-nebak, mungkin terlampau senang dan bangga atas inventionnya yang menjadi sebuah breakthrough di dunia teknologi otomotif. Beliau menjadi pelopor with his own idea. Lalu, terlalu nyaman dengan hal tersebut. Sampai-sampai tak menjadi masalah baginya ketika sang saingan--yang notabene terinspirasi dari beliau--melakukan inovasi yang lebih baik darinya. Idealisme mulai bekerja.

Temen-temen, kalo ngomongin perubahan, kita akan terhubung juga dengan idealisme. Tapi di samping idealisme terdapat hal-hal fundamental: kerendahan hati, fleksibilitas, dan open-minded. Beberapa jam setelah Tuhan bicara melalui bukunya Oom Maxwell, saya bertukar pikiran dengan salah seorang sahabat terbaik saya, Nona. Ada 1 kelompok kalimat yang terlontar dari saya sendiri yang baru muncul ketika saya ngobrol. Padahal sambil jalan juga nih nelponnya. Gue yakin itu bukan dari saya. It's a define thing :) Kira-kira begini: "Yang pasti Non, gue coba ambil positifnya aja. Dari Perubahan kecil ini gue belajar mempersiapkan diri buat perubahan yang lebih besar. Kan kita bakal tetap menghadapi perubahan dalam hidup ini kedepannya. Sekarang gue belajar dulu dari orang terdekat. Gimana dipress, gimana musti rendah hati dalam menyikapinya." Seperti ada sesuatu yang goes out dari dalam saya ketika selesai bicara itu. Seperti kesentil. Seperti ada bunyi *Ting!* Saya lebih tenang setelah itu. Saya yakin, perubahan yang akan saya lakukan gak akan seburuk bayangan saya. It's not about 'not-being-the-real-you'. Perubahan talks much bigger than that; karena Perubahan itu gak segampang ngucapin.

Kita tilik Opa Ford lagi. Menurut tulisannya Oom Maxwell, cerita selanjutnya adalah penjualan T-model menurun secara signifikan karena konsumen udah mulai bosen. Apalagi dengan munculnya inovasi yang lebih oke seiring perkembangan zaman. Opa Ford untuk beberapa waktu gak mau meninggalkan comfort-zonenya. Mungkin juga gak mau bergelut untuk lebih humble sedikit keluar dari idealismenya. Namun, kemudian beliau tahu apa yang seharusnya beliau perbuat. Idealisme yang beliau miliki tidak akan selamanya ideal. Bumi ini berputar menggulirkan waktu yang gak akan pernah kembali. Menghasilkan perkembangan dari segala sesuatu. Opa Ford pada akhirnya berinovasi lagi. I believe at that time he realized that his potentials are beyond all things he had achieved. Titik itulah yang membuat Ford Company eksis sampai hari ini :)

Friends, got what I got?

Hehe. Hari itu juga saya bertindak. Nyokap sampai terheran-heran. Tapi saya berkata ke dalam diri sendiri: "Mungkin Mr. Burger yang menyulut gue untuk berbuat seperti ini. But, this is not all for him. Ini buat gue sendiri. I'm doing these stuffs because I--myself--willing to do it. This is for my own self. For my sake." Ini membuat saya bertahan lebih kokoh dengan keputusan saya.

Sederhana saja sebenarnya. Perubahan itu dekat dengan kita. We can see it everyday, every time, everywhere. Perubahan bukan sesuatu yang perlu ditakuti. Perubahan mengajarkan kita tentang keterbukaan. Tentang berpikir positif. Tentang mengikis rasa egois. Tentang kerendahan hati. Memang gak gampang. Gue tahu banget itu susah. Tapi kita perlu belajar untuk get used to it. That is a part of our life. When we're still alive, change will always exist.

Gak suka perubahan? Mati saja. :)

 
 Sumber foto: fairmanstudios.com

[p.s.: sebagian tulisan ini gue tulis udah dari tahun lalu (midst December 2010). Tapi waktu itu tiba2 stuck dan gak tau mau tulis apa lagi. Hehe jadi semua kata2 yang berhubungan dengan waktu disesuaikan dengan waktu awal penulisan ya. Biar gak rancu ;)]

Tuesday, January 11, 2011

"When we accept tough jobs as a challenge and wade into them with joy and enthusiasm, miracles can happen."
-- A. Gilbert