Friday, October 4, 2013

ASEAN goes to Japan: An Endless Discovery (2)

Awalnya saya kira stasiun subway dan kereta bakalan tutup gak lama dari saat itu (I arrived at Tokyo Tower at 10 p.m., took quite lots of (blurred) photos sekitar 45 menit lalu beranjak pulang. Jadi ya maklum kalau saya menganggap stasiun udah mau tutup). Dengan agak terburu-buru dan deg-degan, saya berjalan ke stasiun subway. Ternyata belum tutup dan thank God, saya tiba di hotel dengan selamat tanpa kekurangan sesuatu apapun. Sempat kekurangan (baca: pintu kamar udah dikunci sama roommate saya XD) tapi untungnya, teman-teman Malaysia dan utusan Kendari bersedia membuka pintu kamar mereka. Saya numpang di kamar tetangga, tapi semua yang saya alami menjadikan malam itu salah satu malam yang bersejarah dalam hidup saya.

One day after, we--the members of Kumamoto L group--began another fantastic journey outside Tokyo. Yes, we're going to Kumamoto!

We flew to Kumamoto with Japan Airlines (JAL) from Haneda Airport. Itu smaller than Narita Airport tapi kerennya mah sama ya. Hahaha. Super nice. Ok, agak lebay mungkin. Tapi pendapat tersebut saya rasa fine-fine aja untuk ukuran orang yang pengalamannya baru ke beberapa airport (meskipun di antaranya termasuk Changi ;)). By the way, thanks to Chanh, my Vietnamese friend, for taking this photo for us.

After 1.5 hours of sleeping in the airplane, I finally arrived in Kumamoto--the city of Kumamon. Kumamoto mirip Indonesia tetapi lebih rapi, bersih, dan tertata. Dan penuh dengan kejutan. ^^ Orang-orangnya tidak kalah ramah dari penduduk Tokyo. Mulai dari staf di kantor walikotanya sampai karyawan-karyawan di kantor NTT West meskipun saya sempet gak sengaja ambil gambar di lantai 2 kantornya--which is strictly prohibited. HAHA, my bad. ごめんなさい。

Saya dan semua teman-teman di grup Kumamoto L terheran-heran dan senyum-senyum sendiri ketika teman-teman mahasiswa, staf dan dosen PUK (Prefectural University of Kumamoto) menyambut kami dengan tepuk tangan. Penyambutan hangat seperti itu juga kami terima pada welcome party dan malam kebudayaan di Takahashi Inari Shrine dari siswa-siswa SMP di Kumamoto.
Buat saya, Kumamoto patut dijadikan kota percontohan banyak kota di Indonesia. Industri agrikultural yang sangat berkembang tidak membuat kemajuan advanced technology terhambat. Keberadaan NTT West dengan proyek Smart Hikari Town Kumamoto membuktikan Jepang berhasil melestarikan keindahan budayanya (spot pariwisata, kepedulian yang sangat tinggi pada orang-orang lanjut usia dan orang-orang cacat) sembari mempertahankan predikat hi-tech country. Saya pribadi sih tercengang banget waktu dengar presentasi di hari pertama dan hari (kedua) terakhir saya di Kumamoto tentang proyek tata letak (dan, bagi saya, karakteristik) kota. Pada first lecture, presentasi proyek ini dibawakan oleh staf pemerintahan kota. Pada last lecture, kita memperdalam teknis proyek ini di kantor perusahaan swasta yang bernama NTT West. Saya belum paham gimana sistem pembentukan badan usaha di Jepang, tapi melihat kerjasama yang begitu baik antara pemerintah kota Kumamoto dan NTT West saya berpikir kalau keadaan yang demikian baik jika bisa dilaksanakan juga di kota Manado.

Di hari terakhir koordinator kelompok saya berkata bahwa masih banyak tempat di Jepang yang lebih bagus daripada Kumamoto. Tetapi pengalaman berada di Kumamoto selama 4 hari seakan membuat saya lebih ingin kembali ke Kumamoto dari pada ke tempat lain on my next Japan trip—belum tahu kapan lagi. We loved Kumamoto so much! We really had sooooooo much valuable and incredibly fun time there. We proudly called our group "The Kumamons". Hahaha we're gonna make a rock band after this. ^^

No, I'm just kidding. Yes, about the band thing.

We had a kind of plenary meeting with other participants of Jenesys2.0 from 5 other groups. We had to present the result of our group discussion, mainly about what we knew about Japan before we came, what we had learned after those 7 days, and what we're gonna do next when we got back to our home countries. Presenternya bisa seluruh anggota grup bisa juga some of it. Nah, since our group decided not to send all of the members to be the presenters, so it will be just some of us, it was such an honor that I became one of them. :) Thanks guys for giving me the chance to do something for my country. Indonesia, ini langkah awal untuk sesuatu yang lebih besar yang saya akan lakukan sebagai anak bangsa.

Ya, saya percaya ini hanyalah permulaan. Kunci bagi bangsa-bangsa sudah dalam genggaman. I will not let this divine dream die or even be aborted. The time will come. Meminjam istilah senior saya waktu saya kalah lomba street dance 2 tahun lalu, "when it comes, it's gonna be big."

I will have an Endless Discovery right in Japan.

I will be back.
*shades on*

No comments:

Post a Comment